wanita biasa, yg ingin bahagia | Cuma kumpulan kopi paste, mengikat ilmu, kalo lupa tinggal nyari =)


Senin, 07 April 2014

HUTANG ITU SEMU

Tidak patut bagi seorang muslim untuk meremehkan urusan utang atau mengecilkan perkaranya atau lalai dalam melunasinya. jiwa seorang muslim tertahan oleh utangnya hingga dilunasi.

“Jiwa seorang muslim tergantung selama ada utangnya.” [Musnad Ahmad 2/440, dan dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib no 1811]

===

SEMU LAGI: Setelah saya timbang2 ada baiknya berbagi kisah teman saya ini semoga bisa menjadi renungan bersama.
Saya punya seorang teman pebisnis juga. Omzet usahanya besar, senilai hampir 2M tiap bulannya. Rumahnya megah, mobilnya banyak. Ada sekitar 4 mobil pribadi berjejer digarasi dan jalan depan rumahnya. Namun saat ini beliau sedang pailit/ bangkrut, semoga Allah menolongnya.
Beliau banyak bercerita kepada saya tentang penyebab kebangkrutannya. Jadi salah satu penyakit bagi pengusaha adalah ketika dia tidak bisa mengontrol dirinya untuk mengendalikan keinginan2nya. Sederhananya gini, ketika saat ini dihitung2 bisnis menghasilkan margin/keuntungan 30juta/bulan maka otak akan berfikir, apa susahnya kredit mobil ansuran 7juta/bulan. Beli rumah 10juta/bulan. Beli mobil lagi 5juta/bulan. Kemudian beli perabot ini dan itu dengan kredit 2juta/bulan. Kan cuma 24juta, masih nutup kok hitungannya. Begitu logika sederhananya.
Namun apakah bisnis itu selalu lancar? Okelah anggap aja kredit itu sampai 2 tahun, apakah selama itu ada jaminan bisnis itu selalu lancar?. Bagaimana jika ditengah jalan ada masalah? Sedangkan beban kredit itu stabil dan harus dipenuhi?
Teman sy ini punya tanggungan kredit 60juta/bulan. Suatu ketika ada trouble dalam bisnis, awalnya cash flow mulai ga imbang yg membuat dia kesulitan memutar uang, padahal harus mikir bayar cicilan. Kemudian akhirnya hutang di Bank dengan jaminan, yg sebenarnya malah menambah beban kreditnya. Dan ternyata berjalan beberapa waktu, dana talangan dari bank tidak cukub menopang cashflow dan terutama beban kreditnya. Disuatu titik, bisnisnya benar2 ga bisa bergerak, dan sekali lagi harus tetap bayar beban kredit sebesar itu. Mulailah menjual aset untuk membayar beban kredit. Masalahnya berapa lama cara ini bisa bertahan? Akhirnya aset2 itu satu persatu dijual. Dan akhirnya bisa ditebak dengan mudah apa yg terjadi.
Ini bukan hanya masalah kredit barang konsumsi, ambisi dan nafsu yg tak terkendali apalagi ketika melihat bisnis lagi bagus2nya akan mendorong kita untuk berinvestasi walau dengan cara hutang bank. Kontrol seakan hilang melihat sesuatu yg sangat menggiurkan di depan. Tahun 2006 saya memiliki 1 truk, dan ketika bisnis berkembang waktu itu (merambah bidang tambang batubara karungan) saya berani kredit 4 truk, 2 pickup dan 1 mobil pribadi. Ketika bisnis jalan sih tidak ada masalah...sampai akhirnya ditengah jalan (sebelum kredit lunas), ada masalah dalam bisnis saya. Dan setelah itu apa yg terjadi dengan teman saya juga terjadi pada saya. Ludes...orang jawa bilang "ambyar". Mulai dari mobil, tanah,dll
Alhamdulillah, awal tahun 2012 saya banting setir ke bisnis buah2an dan sayur, dan dengan bantuan beberapa teman saya, saya perlahan mulai bangkit kembali, back in business....walau dalam kondisi yg masih tertatih. sy bersyukur bisa punya pengalaman berharga ini, semoga dapat jadi pelajaran bagi semua.
Bahwa hutang itu semu...