wanita biasa, yg ingin bahagia | Cuma kumpulan kopi paste, mengikat ilmu, kalo lupa tinggal nyari =)


Senin, 28 Juni 2010

perlukah test sidik jari? (kesimpulan sy g perlu ^^ )



sumber :
http://health.groups.yahoo.com/group/sehat/message/199909

> Tes sidik jari (finger print test/FPT), walaupun memang harganya masih
> tergolong mahal tetapi menurut saya banyak manfaatnya khususnya bagi orang
> tua dalam mendampingi dan membimbing pendidikan anak kita. Memang masih
> banyak pro-kontra manfaat FPT. Penjelasan secara ilmiah mungkin akan lebih
> baik bila disampaikan oleh ahlinya/psikolog.
>
Makasih sebelumnya mbak yessy atas artikelnya yang menarik. Sengaja saya
potong disini supaya point argumen saya pas :D
maaf mbak Yessy tapi saya kurang sependapat dengan analisa penggunaan
finger print ini.
Karena apapun makanannya (jenis alatnya maksudnya :D biar nda serius2
bgt) finger print hanyalah scanner "image" dari sidik jari kita.
Perbedaannya hanya hasil
ketepatan/kejelasan alur gambar, tidak lebih
dari itu.
Adapun apabila sidik jari digunakan oleh pihak berwajib semata-mata
karena unik. Itu saja. ini yang menyebabkan beberapa negara maju
memutuskan membuat central public key infrastructure berdasarkan sidik jari.
Ketepatan sidik jari sendiri seiring berjalannya dengan waktu (bertambah
tua), akan menjadi tidak tepat dalam skala tertentu. Itu kalau parameter
yang digunakan harus detail sedetail-detailnya (base on equal error rate
or crossover error rate (EER or CER)), seperti biometric security device
misalnya.
Ini argumen dari saya mengenai tulisan ibu, bahwa sidik jari tidak
mengalami perubahan.

Dari sisi keunikannya sendiri finger print sebenarnya belum seluruhnya
memenuhi standarisasi biometric yang telah ditetapkan (IEEE Computer
Society Conference on Computer Vision and Pattern Recognition (CVPR'04),
2004).
Dikarenakan ketidak tepatan tersebut,
untuk identifikasi yang lebih
modern berdasarkan keunikannya untuk dekade sekarang sudah menggunakan
cara lain, seperti pupil dan retina mata contohnya, karena lebih akurat
dan tentunya dengan maksud keunikannya lebih terjaga. Sependek yang saya
tahu, penelitian dan standarisasi (IEEE) teknologi finger print baru
sebatas ini saja, baik digunakan oleh kalangan militer, banking, maupun
sekolah.

Alasan lain kenapa saya tidak sependapat, juga saya kutip dari tulisan
ibu diatas, yang disebutkan "Penjelasan secara ilmiah mungkin akan lebih
baik bila disampaikan oleh ahlinya/psikolog".
Dalam pelaksanaannya, test ini tetap "sebatas mencetak" finger print,
dan kemudian diartikan/ dianalisa oleh sang psikolog/analyst dan bukan
penjelasan ilmiah (cmiiw).

Demikian ibu yessy sanggahan dari saya, mohon maaf apabila ada tulisan
yang kurang berkenan.
Tidak lain dan tidak bukan hanya memberikan argumen dari sudut
pandang
yang berbeda.
Saya sependapat dengan sps yang lain. lebih baik uangnya ditabung untuk
keperluan yang lain seperti ikut pesat misalnya :D

PS : saya sendiri sampai sekarang belum bisa baca sidik jari putri saya
sewaktu lahir yang ditempelkan di surat kelahiran dari RS karena sama
sekali nda jelas.. wong cuma dicelup ke tinta :D

regards,

rony - papa kayla


Jumat, 25 Juni 2010

Calistung Dilarang untuk Seleksi Masuk SD (asikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk!!!! ^^)

sumber :
http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=145393

BANDUNG, (PR).-
Tes membaca, menulis, dan menghitung (calistung) tidak boleh diberlakukan untuk seleksi penerimaan peserta didik baru (PPDB) di sekolah dasar (SD). Dinas Pendidikan kabupaten/kota diminta memberikan tindakan tegas bagi SD yang memberlakukan tes calistung untuk menyeleksi murid baru.

Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Jawa Barat Dede Hasan di Bandung, akhir pekan lalu mengatakan, materi calistung seharusnya mulai diberikan saat anak menginjak pendidikan formal, yaitu SD. Sementara untuk TK, lebih bersifat pengenalan adanya perubahan sosial dari rumah ke masyarakat. Usia anak di TK merupakan tahap usia emas (golden age) yang merupakan masa sensitif dalam rangka aktivasi otak tengah.

Pemerintah sebenarnya sudah membuat
peraturan mengenai materi apa saja yang bisa diberikan pada tahap prasekolah. Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia.

Menurut dia, memaksakan memberikan materi calistung sebelum anak mencapai usia pendidikan formal justru akan menjadi bumerang. Anak akan merasa bosan mempelajari materi tersebut pada waktu dia menempuh pendidikan formal karena materi itu sudah dikuasai sejak usia dini. "Dia pintar, tetapi cepat bosan karena sudah merasa tahu. Hasilnya, akan terjadi interaksi yang tidak komunikatif antara dirinya dan lingkungan," ujar Dede.

Namun, saat melakukan observasi ke lapangan tahun lalu, dirinya menemukan banyak taman kanak-kanak (TK) yang sudah memberikan materi calistung kepada muridnya. Setelah ditelusuri, pemberian materi tersebut disebabkan adanya desakan dari orang tua. Mereka takut anaknya tidak bisa masuk SD favorit
yang memberlakukan tes tersebut.

Berdasarkan pedoman PPDB, Dede menjelaskan, seleksi masuk SD lebih bersifat administratif, yaitu usia dan tempat tinggal. Sekolah wajib mendahulukan calon murid yang berusia tujuh tahun lebih dan rumahnya tidak jauh dari sekolah. "Sementara yang berusia enam tahun kurang, lebih baik menunggu tahun depan," ujarnya.

Dede mengakui, banyak SD favorit yang kesulitan melakukan seleksi hanya berdasarkan usia dan tempat tinggal karena banyaknya pendaftar. Menurut dia, sekolah boleh melakukan tes tetapi bukan materi calistung, melainkan deteksi potensi anak secara dini. "Misalnya dengan tes potensi membedakan bentuk dan warna, wawancara, observasi, dan skala sikap. Berlakukan aturan yang rasional, bukan subjektif," tuturnya.

Sanksi

Dede menegaskan, SD yang menyelenggarakan tes calistung seharusnya mendapat sanksi dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota. Sanksi tersebut diberikan berdasarkan kebijakan yang
dikeluarkan dalam bentuk peraturan di tingkat kabupaten/kota sehingga bisa menjadi petunjuk pelaksanaan. Peraturan tersebut bisa mengacu pada pedoman PPDB yang telah dibuat Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Kepala SDN Ajitunggal Bandung, Mimi Rukmini mengatakan, seleksi PPDB di Kota Bandung merujuk pada Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung No. 422.1/1209-Sekrt/2010 tentang Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik pada Taman Kanak-kanak, Raudhatul Athfal, Sekolah, dan Madrasah Tahun Pelajaran 2010/2011 di Kota Bandung. Berdasarkan peraturan tersebut, seleksi dilakukan berdasarkan usia anak atau faktor lainnya seperti tempat tinggal.

Mimi mengatakan, tahun lalu murid yang mendaftar ke sekolah yang dikelolanya sebanyak 120 orang, sedangkan kuota yang disediakan hanya untuk 40 orang. Dengan demikian, murid yang diterima hanya sepertiga dari yang mendaftar.

Menurut Mimi, seleksi berdasarkan usia dan tempat tinggal tidak
sulit karena pasti ada perbedaannya. Saat masa PPDB, biasanya sekolah membuat daftar peringkat sementara bagi murid yang akan diterima. "Jadi hari ini bisa terlihat siapa saja yang masuk dalam daftar. Bila besok ada yang lebih memenuhi syarat, akan ada calon murid yang peringkatnya tergeser ke bawah atau keluar dari daftar. Dengan demikian, orang tua bisa mencari sekolah lain sebelum pendaftaran ditutup," ujarnya.

Adanya permintaan orang tua kepada guru TK untuk mengajarkan calistung kepada anaknya, diakui Kepala Play Group dan TK Family Fest, Hari Pertiancasi. "Tidak sedikit orang tua yang memaksa kami mengajarkan calistung pada saat anaknya baru masuk TK," ujarnya.

Meskipun demikian, Hari mencoba memberikan pemahaman kepada orang tua. Saat memasuki TK, anak justru harus dinetralisasi terlebih dahulu karena dirinya baru beradaptasi dengan lingkungan baru. "Saat sudah dinetralisasi dengan bermain dan terciptanya suasana yang menyenangkan
bagi si anak, baru dia bisa menyerap pelajaran. Itu pun dilakukan sambil bermain," ujarnya.

Untuk anak usia dini, kata Hari, belajar bisa dilakukan sambil bermain, bahkan saat jalan-jalan. Dengan demikian, anak merasa nyaman dan kondisi ini mendorong mereka untuk mempelajari hal baru. (A-185)***


Rabu, 23 Juni 2010

FAKTA : BAHWA DHA SULIT DISERAP BAYI, JANGAN TERPENGARUH IKLAN SUSU

sumber :


http://www.facebook.com/notes/ratih-hermanto/fakta-bahwa-dha-sulit-diserap-bayi-jangan-terpengaruh-iklan-susu/419985825819





Kalau ada yg praktis, sehat, alami, murah, segar, kenapa harus
repot-repot???





Tingkat konsumsi Docosahexanoic Acid ( DHA ) yang berlebihan akan


membahayakan metabolisme tubuh. Sebab tubuh terpaksa dibebani pekerjaan


yang lebih berat untuk*/ /*mengeluarkan asam lemak esensial tersebut.





*/ /*





Spesialis penyakit anak Dr. Utami Roesli*/ /*MBA, mengutip hasil


penelitian yang dilaksanakan di Australia, Amerika Serikat maupun Eropa,


bahwa di tiga kawasan negara maju ini, belum dihasilkan efektifitas dari


penambahan DHA dalam produk susu maupun makanan bayi dan anak-anak


termasuk*/ /*untuk ibu hamil.





"Jadi belum ada anjuran untuk menambahkan unsur asam linoleat dan asam


linolenat itu ke dalam susu", ujarnya kepada Media, kemarin di Jakarta .


Lebih jauh ditegaskan, seperti juga lemak susu sapi, maka asupan DHA


tsb. tersebut bukan merupakan ikatan rantai panjang, sehingga masih


sulit diserap oleh pencernaan bayi.





Terlebih lagi, katanya, karena susu yang akan dikonsumsi ini harus


dibuat dengan menggunakan air panas hingga mengalami proses pemanasan.


Akibatnya, aktifitas enzim desaturase dan elongase yang memfasilitasi


pembentukan DHA dalam tubuh secara otomatis hancur.





Karena itu, Utami,sebagai pakar air susu ibu ( ASI )* *menngingatkan
kepada masyarakat,


khususnya kaum ibu, supaya jangan terpengaruh terhadap iklan susu dan
makanan pendamping ASI yang mengandung DHA dengan iming-iming mampu
meningkatkan kecerdasan bayi. "Asam lemak esensial tersebut justru cukup
terkandung dalam ASI , bahkan unsur DHA -nya tergolong ikatan rantai


panjang yang sangat mudah diserap pencernaan bayi", ujarnya.





Karena itu dia menganjurkan agar bayi diberikan ASI sejak lahir sampai
umur 4 bulan, karena asam lemak ASI juga terdiri dari asam arakidonat.





"Berarti, kandungannya melebihi unsur*/ /*asam linoleat dan asam
linolenat". Setelah empat bulan, katanya, bayi dapat diberikan tempe
yang mengandung pula asam linoleat maupun asam linolenat karena


lemaknya*/ /*termasuk ikatan rantai panjang. Utami menjelaskan, setelah
mencapai umur enam bulan, bayi juga dapat diberikan ikan laut, yang
secara alami mengandung pula kedua asam lemak itu tanpa harus
mengonsumsi susu formula. Menyesatkan Ketua Lembaga Peningkatan
Penggunaan ASI Rumah Sakit Saint Carolus ini mengakui, semboyan "Empat
Sehat Lima Sempurna
" yang berlaku sejak dulu dinilai telah menyesatkan
masyarakat.





"Orang beranggapan konsumsi makanan sehari-hari belum sempurna jika
tidak minum susu. Susu bukan berarti tidak penting, namun bukan
segala-galanya", tegasnya lagi. Dia bahkan melihat iklan susu


maupun makanan bayi dan anak-anak yang diimplementasi dengan DHA
cenderung menyesatkan masayarakat, karena produsen memanfaatkan
kebodohan konsumen yang tak memahami manfaat sesungguhnya dari unsur
tambahan tersebut. Sementara, kalangan spesialis gizi di*/ /* Indonesia


umumnya menyatakan masih awam terhadap kandungan DHA dalam*/ /*susu.





Karena sampai sejauh ini, belum pernah dilakukan penelitian tentang
manfaatnya. Dokter Soebagyo Sumodihardjo MSc, pakar gizi dari bagian
Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , mengungkapkan
pihaknya baru mengetahui*/ /*hal itu dari media massa .





Ketika ditemui Media usai pembukaan lokakarya "Pemerataan serta
Peningkatan Pemanfaatan Lulusan Pendidikan Tenaga Kesehatan di Sektor
Non-Departemen Kesehatan dan Kesejahteraaan Sosial" kemarin di Jakarta ,
dia belum bersedia dimintai komentarnya. "Saya baru mengkliping dan
belum membaca literatur", ujarnya. Dia berjanji memberitahukan hal
tersebut seminggu kemudian setelah segala informasi dikumpulkan dari
berbagai sumber.





Spesialis Anak Dr. Sri S. Nasar sebelumnya menginformasikan bahwa
overdosis DHA pada manusia, sejauh ini*/ /*baru terlihat dialami orang
Eskimo yang banyak* *mengkonsumsi ikan laut. Dikatakan bahwa gejalanya
berupa perdarahan, mirip flek-flek berwarna kebiruan di kulit.





"Efek yang lain baru ditemukan pada monyet maupun tikus, tapi gejalanya
berbeda". (Rse/V-1)

Apakah Balita Perlu Susu Formula Lanjutan?

sumber :

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/09/08/11392826/apakah.balita.perlu.susu.formula.lanjutan



*JAKARTA, KOMPAS.com —* Pemberian air susu ibu (ASI) selama dua tahun

merupakan pondasi terbaik untuk kesehatan bayi. Enzim-enzim yang

terdapat dalam air susu ibu (ASI) sangat dibutuhkan bayi, khususnya


dalam dua tahun pertama perkembangannya..




Namun, setelah si kecil berusia di atas dua tahun, susu apa yang harus

diberikan setelah ASI? Saat ini makin banyak pilihan produk dan merek

susu formula lanjutan untuk bayi berusia di atas satu tahun. Meski

begitu, sebaiknya orangtua harus ekstra hati-hati saat hendak memutuskan


memilih susu formula lanjutan.



Menurut dr Asti Purborini, Sp A, dari Perkumpulan Perinatologi Indonesia


Pusat, orangtua sebaiknya meneliti faktor keamanan pangan dari produk

susu. "Sebaiknya pilih produk aman, misalnya yang tidak mengandung bahan


pengawet. Karena itu, kalau untuk susu, pilihannya adalah susu segar

atau susu UHT (/ultra high temperature/) dan pasteurisasi," katanya.

Selain bebas pengawet, produk susu segar juga lebih murah.



Belajar dari kasus pencemaran susu, baik oleh bakteri /enterobacter

sakazaki/ maupun melamin, penting dipahami oleh para orangtua bahwa susu


formula bayi bukanlah produk yang 100 persen steril. Karena itu, dalam

penggunaan dan penyimpanannya diperlukan perhatian khusus.



Untuk anak berusia dua tahun, pemenuhan gizi anak sebenarnya bisa

dioptimalkan lewat pemberian makanan seimbang. "Berikan anak makanan

yang mengandung karbohidrat, vitamin, protein, dan mineral," kata Ida

Ruslita Amir, SKM, M Kes, dari Persatuan Gizi Indonesia saat ditemui di

acara peluncuran Silaturahmi Ramadhan yang diadakan oleh Frisian Flag,

beberapa waktu lalu.



"Dalam piramida makanan yang dikeluarkan oleh WHO, susu adalah

penyempurna. Jumlah yang dibutuhkan pun lebih kecil dibanding sayuran


atau karbohidrat,"
papar Rini saat dihubungi *Kompas.com*. Karena itu,

menurut Rini, orangtua tak perlu khawatir bila anak tak mau minum susu

selama kebutuhan nutrisinya sudah terpenuhi dari makanan.



"Ibu-ibu zaman sekarang lebih panik bila anaknya tak mau minum susu,

tapi tenang-tenang saja kalau anaknya susah makan sayur," kata Rini.

Mengenai pemberian makanan kepada anak, Rini menyarankan agar para ibu

membuat makanan sendiri. Selain lebih sehat, bergizi, dan higienis,

tentu saja harganya lebih murah ketimbang membeli makanan instan buatan

pabrik.


Sinetron Mengepung Kita [MILIS SEKOLAH RUMAH]

Masyarakat Anti Program Televisi Buruk (MAPTB)





Sinetron Mengepung Kita


Oleh: Chairul Akhmad





Diambil dari http://maptb/.
wordpress. com/2010/ 05/11/sinetron- mengepung- kita/





Beragam sinetron bertema anak dan remaja membanjiri layar


kaca televisi kita. Tema-temanya, tentang cinta, kekayaan, kekerasan.


Itu-itu aja. Saatnya berkata tidak pada sinetron kacangan.





…pada suatu kesempatan, Farel nembak Rachel. Sayang, Rachel


menolak cinta monyet Farel. Ia lebih senang apabila mereka berteman


saja. Apalagi mereka masih terlalu kecil untuk pacaran. Meskipun


kecewa, Farel akhirnya menghargai dan mau menerima jawaban tersebut.


Farel tidak pernah tahu, kalau Rachel sebenarnya ingin menjadi


pacarnya….





Bagi kamu-kamu yang doyan nonton sinetron di televisi, mungkin


adegan dan sinopsis cerita di atas sangat familiar buatmu. Ya, kisah


cinta monyet Farel dan Rachel yang masih pada bau kencur itu adalah


salah satu tayangan sinetron favorit di SCTV. Sinetron berjudul Heart


Series yang dijiplak dari versi film layar lebarnya itu mempertontonkan


suguhan yang tidak mendidik banget. Bayangin aja, pacaran anak SD!





Selain Heart Series, masih ada segudang sinetron lain dengan tema


serupa yang ditayang SCTV, misalnya My Love (sama dengan Heart, ini


juga jiplakan dari film layar lebar), Romantika Remaja, Roman Picisan,


Dewa Asmara…bla….bla…bla… Yang ujung-ujungnya, cinta buta, cinta


monyet, cinta gila dan laennya.





Selain SCTV, stasiun televisi yang juga doyan ngegeber sinetron


adalah RCTI. Sinetron remaja dan anak-anak di televisi tertua di


Indonesia itu antara lain, Hey Cantik, Pengantin Remaja, Rome Juliet,


Kakak Iparku 17 Tahun, Kawin Muda, de el el. SCTV dan RCTI memang


dikenal sebagai pemasok sinetron terbesar di jagad pertelevisian Bumi


Pertiwi. Prime time (istilahnya waktu utama nonton) keduanya hanya diisi
sinetron melulu.


Bayangin aja hampir tiap hari dari jam 18.00 ampe jam 22.000 malem,


SCTV dan RCTI berlomba-lomba pamer sinetron. Pada acara prime time itu


tak kurang dari empat sinetron ditayangin. RCTI menyebut acaranya


dengan istilah Mega Sinetron (untung bukan Mega Mendung), sedangkan


SCTV mengusung judul Gala Sinetron. Wuih…wuih…yang jelas dari judulnya


yang ‘mega’ dan ‘gala’, kesannya tuh sinetron sangat bagus banget. Tapi


nyatanya, tak jauh dari masalah cinta, kekayaan dan umbar pamer


(glamoritas) .





Selain itu, nih yang paling penting, sinetron-sinetron kita itu juga


tak jauh bedanya deh dengan konsep film-film India. Tapi memang ini


bisa dimaklumi kok, karena kebanyakan produsernya adalah orang-orang


India. Katanya sih, dinasti Punjabi gitu.





Tentang glamoritas, tak heran, jika anggota DPR RI, Ali Mochtar


Ngabalin, dan beberapa anggota DPR yang lain (di bidang informasi)


merasa prihatin dengan tayangan-tayangan televisi yang bernuansa


glamoritas, pembodohan publik, dan kekerasan terhadap perempuan dan


anak-anak.


Sebagai anggota Komisi I DPR RI, Ngabalin menghimbau agar masalah


melindungi masyarakat dari dampak negatif tayangan sinetron dan program


negatif televisi lainnya bukan hanya monopoli DPR saja, tetapi juga


kalangan akademis, praktisi media, pemerintah, aktivis, para pendidik,


para pengelola televisi, dan masyarakat secara luas. Dan yang lebih


terkait adalah Lembaga Sensor Film (LSF) dan Komisi Penyiaran Indonesia


(KPI).





Imbauan ini bukannya tanpa alasan, sebab yang namanya tayangan


televisi itu sangat berpengaruh dan berdampak pada pemirsanya. Separuh


hidup kita dibenamkan dalam tayangan-tayangan yang membuai imaji,


ilusi, dan impresi. Nikmat memang menjalani hidup dengan “si kotak


ajaib” ini, ia membantu kita melepaskan realitas yang terjadi pada diri


kita. Bius program-programnya menghantarkan kita ke alam antah berantah


yang tak pernah kita sentuh, bahkan kita bayangkan. Kita juga harus


mengakui, bahwa tayangan sinetron memberikan peluang untuk terjadinya


peniruan perilaku, apakah itu positif atau negatif.





Perilaku di sini dipahami sebagai manifestasi dari proses psikologis


yang merentang dari persepsi sampai sikap. Suatu rangsangan dalam


bentuk sinetron dipersepsi kemudian dimaknai berdasarkan struktur


kognitif yang telah dimiliki seseorang. Jika tayangan tersebut sesuai,


rangsangan itu akan dia hayati yang menyebabkan pembentukan sikap.


Sikap inilah yang secara kuat memberikan bobot dan warna kepada pelaku.


Oleh sebab itu, sikap diartikan sebagai kecenderungan untuk melakukan


suatu tindakan (Supriadi, 1997:127).





Untuk kita ketahui bersama, rangsangan yang ditimbulkan oleh


televisi melalui program-programnya jauh lebih tinggi dibandingkan


dengan media cetak. Karena, pada televisi gambar-gambarnya bersifat
moving,


sedangkan media cetak bersifat statis. Menurut psikologi gambar yang


moving dapat “tertanam” dalam benak kita dalam tempo lama sekali. Makin


besar daya pikatnya atau rangsangan yang ditimbulkannya, makin dalam


pula dampak yang ditimbulkannya. Artinya, kita akan sering teringat dan


membayangkannya (Lesmana, 1997:139).





Dampak Negatif Televisi





Tahu gak, ternyata kebanyakan nonton televisi itu berpengaruh juga


pada penguasaan bahasa seseorang. Sebuah studi yang dilakukan The


National Opinion Research Center sejak 1974-1990 menemukan bahwa


menonton televisi memperburuk kosakata, sedangkan membaca koran


memperbaikinya. Kondisi yang sama juga terjadi di Indonesia. Jika di


negeri maju aja televisi memundurkan budaya masyarakat, terutama


menurunkan kecerdasannya, bagaimana dengan pengaruh televisi di negeri


ini bagi generasi (anak-anak dan kaum remaja) kita?





Bahkan dalam sebuah penelitian yang melibatkan anak-anak dari


Kanada, Australia, Amerika dan Indonesia dalam hal menonton televisi


mendapatkan hasil menarik. Percaya atau tidak, anak Indonesia adalah


penonton televisi terlama, disusul Amerika, Australia dan paling rendah


Kanada. Bagaimana tidak, kita bangun tidur langsung nonton televisi,


mau tidur disempetin nonton televisi lagi. Jangan-jangan, ketika tidur


pun kita masih peluk televisi.





Berbagai tulisan, penelitian bahkan seminar-seminar, lokakarya,


simposium yang ditulis dan dibicarakan oleh para pakar dan para ahli


dibidangnya memperdebatkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh media


televisi. Tudingan miring mengenai kebobrokan televisi sebenarnya sudah


merebak sejak kelahirannya pada era 1950-an.





Konsumen media televisi tidak hanya para kalangan orang tua, dewasa,


remaja, tetapi juga dari kalangan anak-anak. Yang dikhawatirkan dari


kalangan orang tua adalah anak-anak yang belum mampu membedakan mana


yang baik dan buruk serta mana yang pantas dan tidak pantas, karena


media televisi mempunyai daya tiru yang sangat kuat bagi pertumbuhan


dan perkembangan anak-anak.





Mengingat sulitnya orang tua menjauhkan anak-anak mereka dari


televisi, ada baiknya orang tua melakukan pendampingan anak ketika


menonton dan memberikan penjelasan sebenarnya tentang apa yang


dilihatnya. Banyak hal yang belum diketahui oleh seorang anak, oleh


karena itu kalau tidak ada yang memberi tahu ia akan mencari sendiri


dengan mencoba-coba dan meniru dari orang dewasa.





Apakah hasil percobaan maupun peniruannya benar atau salah, anak


mungkin tidak tahu. Di sinilah tugas orang tua untuk selalu memberi


pengertian kepada anak secara konsisten. Kebingungan anak karena


standar ganda yang diterapkan orang tua juga bisa teratasi kalau orang


tua memberi penjelasan kepada anak.





Maraknya tayangan adegan percintaan dalam dunia sinetron tanah air,


sebenarnya melahirkan benih-benih pornografi dan pornoaksi. Lihat aja,


ada adegan-adegan yang tidak santun dalam berpakaian, seronok, maupun


umbar aurat. Belum lagi cara bertutur kata yang tidak sopan. Akibatnya,


muncul perilaku konsumtif, materialis, egois, termasuk perilaku semau


gue pada diri remaja. Adegan-adegan yang ditampilkan dalam sinetron


menjadi model yang begitu gampang ditiru anak-anak dan para remaja


ketimbang mengikuti apa yang diajarkan para guru di sekolah dan orang


tua di rumah.





Tidaklah salah kalau ada ungkapan bahwa televisi saat ini telah


menjadi sekolah utama bagi sebagian besar siswa, sedangkan sinetron


anak-anak dan remaja merupakan pelajaran favorit mereka. Rendahnya mutu


pendidikan kita belakangan ini lebih disebabkan tidak selektifnya


berbagai informasi yang dikonsumsi siswa didik di bawah umur.





Dalam kaitan itu, maka aspirasi publik yang menginginkan hadirnya


sebuah Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi perlu direspons.


Undang-undang ini diharapkan akan memberi kekuatan hukum dalam mencegah


meluasnya aksi-aksi pornografi dan pornoaksi di masyarakat.





Selain itu, tentunya kita sangat berharap agar pengelola stasiun


penyiaran televisi lebih baik dan mau mendengar serta memerhatikan


berbagai protes atau penilaian yang muncul dari berbagai kalangan,


dengan melakukan tindakan konkret ke arah yang lebih konstruktif dan


positif. Misalnya, mereduksi atau bahkan menghilangkan tayangan


sinetron yang bersifat glamor, kekerasan, dan mistis atau adegan


anti-sosial.





Melakukan pembatasan, baik terhadap isi (content) maupun akses


penonton terhadap tayangan sinetron yang “gak mutu” melalui aturan atau
self censorship yang kuat dari pihak stasiun televisi. Dan yang paling
penting, jangan mau diperbudak sinetron!

Kisah ASI: Perjalanan 3 Botol Cinta

sumber :


http://www.eramuslim.com/oase-iman/a-mustari-kisah-asi-perjalanan-3-botol-cinta.htm





Oleh A. Mustari





Halo, kami tiga buah botol. Sebenarnya tak ada yang istimewa dari diri
kami. Kami hanya botol minuman kemasan vitamin C yang banyak dijual di
retail-retail. Ketika isinya habis, sebentar saja kami sudah masuk ke
dalam bak sampah dan diangkut ke TPA terdekat.





Tapi tunggu… di sinilah perjalanan cinta kami dimulai!





Seorang bapak pemulung tua memungut kami dengan binar cinta dan harapan.
Setidaknya ada rupiah yg bisa dibawanya pulang. Sampai ke pengepul,
kami digosok, distelisisasi, hingga.. cling! Tak ada yang menyangka kami
pernah teronggok di tempat sampah. Kerennya… recycle nih.





Meski kami sering tak suka dengan sesuatu yang berbau eksploitasi, kali
ini kami senang diperdagangkan. Mengapa? Karena pedagangnya mengambil
kami dengan halal, malah mengurangi volume sampah ibukota. Terlebih
lagi… pemulung dan pengepulnya mencari usaha yang halal meski tak
sedikit orang yang mencibir. Tak ada yang perlu merampok kami untuk
mencari uang. Kami pun menjadi apa adanya diri kami. Dengan kami, mereka
menyuapkan sesendok nasi untuk anak dan istrinya. Di dalamnya tersimpan
berkah, doa, dan cinta.





Dan… nah! Kami pun sampai di tengah keluarga kecil sederhana. Seorang
ayah yang suka makan, ibu yang cuek, anak perempuan 5 tahun yang tidak
bisa melakukan sesuatu tanpa gerakan dan celotehan, dan seorang bayi
mungil nan cantik berusia 1 bulan.





Di sinilah perjalanan cinta kami BENAR-BENAR dimulai!





Satu bulan sebelum mulai meninggalkan cuti melahirkannya, ibu si Baby
sudah mulai mensterilkan kami lagi dan lagi. Di tengah waktunya mengurus
seorang ayah yang suka makan, anak perempuan 5 tahun yang tidak bisa
melakukan sesuatu tanpa gerakan dan celotehan, dan seorang bayi mungil
nan cantik, ia mengisi kami satu persatu. Setelah mencuci popok-popok
dan pakaian, setelah menyetrika, setelah memasak, setelah mengedit
naskah, setelah melayout, setelah mendesain, setelah menulis ide-idenya,
sambil menahan kantuk, ia memaksakan diri untuk mengisi kami.





Mengisi kami dengan cairan cinta….





Sesungguhnya bagi perempuan itu, tidak ada yang mewajibkannya bekerja.
Sama halnya dengan tidak wajibnya ia untuk berada di rumah saja. Ah, dia
lebih suka memakai kata berkarya daripada bekerja. Baginya semua
hanyalah pilihan. Ketika situasi dan kondisi memberikannya jalan untuk
berkarya, ia menjalaninya dengan senang hati. Menjadi ibu bekerja bukan
berarti tidak mencintai dan mengabaikan anak-anak. Banyak juga ibu yang
selalu di rumah nyatanya yang stres karena anak-anaknya. Tidak selalu
satu ditambah satu sama dengan dua, prinsipnya. Ia hanya berusaha untuk
sedikit cerdas menyiasati dan berdamai dengan kondisi yang serba
terbatas. Karena ia tahu, betapa banyak ibu bekerja yang dalam hatinya
menjerit karena naluri keibuannya menuntutnya untuk selalu mendampingi
anak-anaknya. Ia pun salah satu di antaranya. Tetapi ia memilih untuk
tersenyum, bukan menjerit. Pun ketika ia memilih untuk hanya memberi ASI
kepada anaknya, bukan susu formula, ia berjuang sekuat tenaga untuk
mendapatkan yang terbaik sambil tetap tersenyum.





Dua bulan berlalu. Akhirnya ia mulai harus benar-benar meninggalkan
kebahagiaan sejatinya. Ia harus mulai bekerja lagi. Si ibu mulai jarang
kelihatan di rumah. Setiap pagi, ia membawa tiga di antara kami yang
kosong, bersama dua tangkup es biru. Ia sering dibilang keras kepala dan
memaksakan diri, tapi ia tak pernah keberatan. Apalah artinya tuduhan
bila dibayar dengan kepuasan rasa telah berusaha memberikan yang terbaik
untuk bayi kecilnya. Bagi sebagian ibu, dapat memberikan anaknya asi
eksklusif adalah sebuah kewajaran, tetapi baginya --yang selalu bekerja
sejak pagi hingga sore-- itu adalah sebuah pencapaian yang
membahagiakan.





Setelah menciumi bayinya tak ada henti pagi itu, tak lupa membalurinya
dengan doa, si ibu melangkahkah kaki panjang-panjang. Ia melompat ke
dalam angkot, menyusup ke dalam ular besi yang selalu penuh sesak,
menuju tempatnya berkarya. Baginya semua adalah karena cinta. Itulah
bedanya bekerja dengan berkarya. Ketukan keyboard dan goresan kursor
yang tercipta karena cinta memiliki tenaga yang akan membuatnya diterima
oleh hati siapa pun. Tidak selalu indah, tetapi kekuatannya dapat
dirasa.


Itulah juga yang kami rasakan. Kami botol-botol cinta, begitu sebutan
darinya. Bahagia bukan kepalang. Kami hanya botol-botol seribu rupiah.
Tapi kami terisi cairan tak ternilai rupiah. Makanan terbaik bagi bayi
yang baru mengenal dunia.





Satu demi satu kami terisi penuh. Ketika matahari mulai lelah, hendak
menuju kasur empuknya, si Ibu dengan riang memasukkan tubuh kami ke
dalam ranselnya yang selalu kembung. Kami ikut terguncang ketika ia
berlarian mengejar ular besi yang tampaknya terlalu dirindu. Meski tak
sekali ia terjatuh mengejar ular yang sering mengecewakan itu, tak ada
jera sang ibu terus berharap. Tampak buncahan rasa rindu karena
memikirkan bayinya yang lucu. Sejenak ia tersenyum membayangkan
hidungnya digigiti gigi muda yang baru berputik, rambutnya ditarik
jemari kecil nan gendut-gendut, roknya digelantungi tubuh kecil yang
mulai belajar berjalan.





Kami, tiga botol cinta, semakin didekapnya erat ketika ular besi yang
digelantungi manusia bak semut mulai muncul. Tubuh mungilnya melompat ke
dalam dan terombang-ambing sejenak. Di dalam ular besi yang membuat
orang kurus itu pun ia tetap tersenyum, memikirkan obat
anti-depresannya. Obat anti depresan yang mulai pintar merengek dikala
melepas kepergiaannya setiap pagi.





Dan... terbanglah kami bersamanya. Kami, tiga botol cinta....





***


"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang
ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
(al-Baqarah : 233)





***





Aminah Mustari,


Ibu yang bekerja fulltime, ibu yang juga memberikan ASI eksklusif untuk
bayinya.


tebarkebaikan@yahoo.com

Siapakah yg Jadi Korban.. Wahai Ariel-Luna Maya-Cut Tari ataukah Anak Negeri ini?

sumber :
http://www.facebook.com/irma.kurniawan#!/notes/henny-zainal/siapakah-yg-jadi-korban-wahai-ariel-luna-maya-cut-tari-ataukah-anak-negeri-ini/408098958929

Sejujurnya aku ingin teriak pada merekaa.. SHAME ON YOU..

Pagi itu aku ditemani anak-anak membeli nasi uduk betawi langganan. Seperti biasa didepan warung mpok marni,sebuah SDIT, banyak tukang mainan yang menggelar dagangannya.

Zahra merayu agar aku mau membelikannya mainan. Saat kami sedang memilih, terdengar pembicaraan anak-anak usia 8-9 th.

"Eh, kamu beli apaan? Lohh ngapain beli hape mainan..hehehe.."

"Memangnya kenapa, aku pengen kok.."

"Mendingan kamu beli hape beneran aja.. Nih seperti punyaku.. Nanti kamu aku kasih deh video-nya Ariel-Cut Tari.."

"Apaan tuuhh.. Bagus yahh.. Kan lagi rame tuhh.."

"Yuukk main ke rumahku.. Ada tuh di
rumaahh.."

Gubraaakk..langsung aku ajak Zahra pulang ke rumah.
Ini bukan hal yang tidak bisa ditanggapi dengan main-main.. Ini lebih berbahaya daripada pemberian susu formula..

Astaghfirullah al adhiimm..sudah selayaknya mereka bertiga dan semua pelaku seks bebas di RAJAM!!

Sungguh hukum Allah subhana wa ta'ala tiada maksud merugikan umat, tapi melindungi umat. Sehingga mereka belajar bahwa setiap perilaku ada konsekuensi-nya.

Rasa mual juga mules semakin terasa kala mendengar berita pemerkosaan yang dilakukan oleh anak kelas 5SD setelah menonton video tersebut.

SHAME ON YOU.. ARIEL..
SHAME ON YOU LUNA MAYA..

SHAME ON YOU CUT TARI..

Tanggung jawab kita sebagai publik figur untuk memberikan contoh yang baik..

Semakin menyakitkan kala menonton berita, melihat Luna Maya masih bisa tersenyum.. Kalian tidak layak mengatakan diri kalian sebagai "KORBAN"..

Uuuggghhh..rasanya ingin melempar
dirimu dengan batu yang suangatt besaaarrr...!!!

Save The Children.. Save The Nation..

*curcol kekesalan hati semata..*
==========================
malu liat ibu ibu pada rame cari linknya. tidakkah mreka ingat dg amanah yg ada d tangan
sent via email