sumber : http://health.groups.yahoo.com/group/sehat/message/199909 > Tes sidik jari (finger print test/FPT), walaupun memang harganya masih > tergolong mahal tetapi menurut saya banyak manfaatnya khususnya bagi orang > tua dalam mendampingi dan membimbing pendidikan anak kita. Memang masih > banyak pro-kontra manfaat FPT. Penjelasan secara ilmiah mungkin akan lebih > baik bila disampaikan oleh ahlinya/psikolog. > Makasih sebelumnya mbak yessy atas artikelnya yang menarik. Sengaja saya potong disini supaya point argumen saya pas :D maaf mbak Yessy tapi saya kurang sependapat dengan analisa penggunaan finger print ini. Karena apapun makanannya (jenis alatnya maksudnya :D biar nda serius2 bgt) finger print hanyalah scanner "image" dari sidik jari kita. Perbedaannya hanya hasil ketepatan/kejelasan alur gambar, tidak lebih dari itu. Adapun apabila sidik jari digunakan oleh pihak berwajib semata-mata karena unik. Itu saja. ini yang menyebabkan beberapa negara maju memutuskan membuat central public key infrastructure berdasarkan sidik jari. Ketepatan sidik jari sendiri seiring berjalannya dengan waktu (bertambah tua), akan menjadi tidak tepat dalam skala tertentu. Itu kalau parameter yang digunakan harus detail sedetail-detailnya (base on equal error rate or crossover error rate (EER or CER)), seperti biometric security device misalnya. Ini argumen dari saya mengenai tulisan ibu, bahwa sidik jari tidak mengalami perubahan. Dari sisi keunikannya sendiri finger print sebenarnya belum seluruhnya memenuhi standarisasi biometric yang telah ditetapkan (IEEE Computer Society Conference on Computer Vision and Pattern Recognition (CVPR'04), 2004). Dikarenakan ketidak tepatan tersebut, untuk identifikasi yang lebih modern berdasarkan keunikannya untuk dekade sekarang sudah menggunakan cara lain, seperti pupil dan retina mata contohnya, karena lebih akurat dan tentunya dengan maksud keunikannya lebih terjaga. Sependek yang saya tahu, penelitian dan standarisasi (IEEE) teknologi finger print baru sebatas ini saja, baik digunakan oleh kalangan militer, banking, maupun sekolah. Alasan lain kenapa saya tidak sependapat, juga saya kutip dari tulisan ibu diatas, yang disebutkan "Penjelasan secara ilmiah mungkin akan lebih baik bila disampaikan oleh ahlinya/psikolog". Dalam pelaksanaannya, test ini tetap "sebatas mencetak" finger print, dan kemudian diartikan/ dianalisa oleh sang psikolog/analyst dan bukan penjelasan ilmiah (cmiiw). Demikian ibu yessy sanggahan dari saya, mohon maaf apabila ada tulisan yang kurang berkenan. Tidak lain dan tidak bukan hanya memberikan argumen dari sudut pandang yang berbeda. Saya sependapat dengan sps yang lain. lebih baik uangnya ditabung untuk keperluan yang lain seperti ikut pesat misalnya :D PS : saya sendiri sampai sekarang belum bisa baca sidik jari putri saya sewaktu lahir yang ditempelkan di surat kelahiran dari RS karena sama sekali nda jelas.. wong cuma dicelup ke tinta :D regards, rony - papa kayla |
wanita biasa, yg ingin bahagia | Cuma kumpulan kopi paste, mengikat ilmu, kalo lupa tinggal nyari =)
Senin, 28 Juni 2010
perlukah test sidik jari? (kesimpulan sy g perlu ^^ )
Jumat, 25 Juni 2010
Calistung Dilarang untuk Seleksi Masuk SD (asikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk!!!! ^^)
sumber : http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=145393 BANDUNG, (PR).- Tes membaca, menulis, dan menghitung (calistung) tidak boleh diberlakukan untuk seleksi penerimaan peserta didik baru (PPDB) di sekolah dasar (SD). Dinas Pendidikan kabupaten/kota diminta memberikan tindakan tegas bagi SD yang memberlakukan tes calistung untuk menyeleksi murid baru. Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Jawa Barat Dede Hasan di Bandung, akhir pekan lalu mengatakan, materi calistung seharusnya mulai diberikan saat anak menginjak pendidikan formal, yaitu SD. Sementara untuk TK, lebih bersifat pengenalan adanya perubahan sosial dari rumah ke masyarakat. Usia anak di TK merupakan tahap usia emas (golden age) yang merupakan masa sensitif dalam rangka aktivasi otak tengah. Pemerintah sebenarnya sudah membuat peraturan mengenai materi apa saja yang bisa diberikan pada tahap prasekolah. Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia. Menurut dia, memaksakan memberikan materi calistung sebelum anak mencapai usia pendidikan formal justru akan menjadi bumerang. Anak akan merasa bosan mempelajari materi tersebut pada waktu dia menempuh pendidikan formal karena materi itu sudah dikuasai sejak usia dini. "Dia pintar, tetapi cepat bosan karena sudah merasa tahu. Hasilnya, akan terjadi interaksi yang tidak komunikatif antara dirinya dan lingkungan," ujar Dede. Namun, saat melakukan observasi ke lapangan tahun lalu, dirinya menemukan banyak taman kanak-kanak (TK) yang sudah memberikan materi calistung kepada muridnya. Setelah ditelusuri, pemberian materi tersebut disebabkan adanya desakan dari orang tua. Mereka takut anaknya tidak bisa masuk SD favorit yang memberlakukan tes tersebut. Berdasarkan pedoman PPDB, Dede menjelaskan, seleksi masuk SD lebih bersifat administratif, yaitu usia dan tempat tinggal. Sekolah wajib mendahulukan calon murid yang berusia tujuh tahun lebih dan rumahnya tidak jauh dari sekolah. "Sementara yang berusia enam tahun kurang, lebih baik menunggu tahun depan," ujarnya. Dede mengakui, banyak SD favorit yang kesulitan melakukan seleksi hanya berdasarkan usia dan tempat tinggal karena banyaknya pendaftar. Menurut dia, sekolah boleh melakukan tes tetapi bukan materi calistung, melainkan deteksi potensi anak secara dini. "Misalnya dengan tes potensi membedakan bentuk dan warna, wawancara, observasi, dan skala sikap. Berlakukan aturan yang rasional, bukan subjektif," tuturnya. Sanksi Dede menegaskan, SD yang menyelenggarakan tes calistung seharusnya mendapat sanksi dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota. Sanksi tersebut diberikan berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk peraturan di tingkat kabupaten/kota sehingga bisa menjadi petunjuk pelaksanaan. Peraturan tersebut bisa mengacu pada pedoman PPDB yang telah dibuat Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Kepala SDN Ajitunggal Bandung, Mimi Rukmini mengatakan, seleksi PPDB di Kota Bandung merujuk pada Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung No. 422.1/1209-Sekrt/2010 tentang Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik pada Taman Kanak-kanak, Raudhatul Athfal, Sekolah, dan Madrasah Tahun Pelajaran 2010/2011 di Kota Bandung. Berdasarkan peraturan tersebut, seleksi dilakukan berdasarkan usia anak atau faktor lainnya seperti tempat tinggal. Mimi mengatakan, tahun lalu murid yang mendaftar ke sekolah yang dikelolanya sebanyak 120 orang, sedangkan kuota yang disediakan hanya untuk 40 orang. Dengan demikian, murid yang diterima hanya sepertiga dari yang mendaftar. Menurut Mimi, seleksi berdasarkan usia dan tempat tinggal tidak sulit karena pasti ada perbedaannya. Saat masa PPDB, biasanya sekolah membuat daftar peringkat sementara bagi murid yang akan diterima. "Jadi hari ini bisa terlihat siapa saja yang masuk dalam daftar. Bila besok ada yang lebih memenuhi syarat, akan ada calon murid yang peringkatnya tergeser ke bawah atau keluar dari daftar. Dengan demikian, orang tua bisa mencari sekolah lain sebelum pendaftaran ditutup," ujarnya. Adanya permintaan orang tua kepada guru TK untuk mengajarkan calistung kepada anaknya, diakui Kepala Play Group dan TK Family Fest, Hari Pertiancasi. "Tidak sedikit orang tua yang memaksa kami mengajarkan calistung pada saat anaknya baru masuk TK," ujarnya. Meskipun demikian, Hari mencoba memberikan pemahaman kepada orang tua. Saat memasuki TK, anak justru harus dinetralisasi terlebih dahulu karena dirinya baru beradaptasi dengan lingkungan baru. "Saat sudah dinetralisasi dengan bermain dan terciptanya suasana yang menyenangkan bagi si anak, baru dia bisa menyerap pelajaran. Itu pun dilakukan sambil bermain," ujarnya. Untuk anak usia dini, kata Hari, belajar bisa dilakukan sambil bermain, bahkan saat jalan-jalan. Dengan demikian, anak merasa nyaman dan kondisi ini mendorong mereka untuk mempelajari hal baru. (A-185)*** |
Rabu, 23 Juni 2010
FAKTA : BAHWA DHA SULIT DISERAP BAYI, JANGAN TERPENGARUH IKLAN SUSU
sumber : http://www.facebook.com/no Kalau ada yg praktis, sehat, alami, murah, segar, kenapa harus repot-repot??? Tingkat konsumsi Docosahexanoic Acid ( DHA ) yang berlebihan akan membahayakan metabolisme tubuh. Sebab tubuh terpaksa dibebani pekerjaan yang lebih berat untuk*/ /*mengeluarkan asam lemak esensial tersebut. */ /* Spesialis penyakit anak Dr. Utami Roesli*/ /*MBA, mengutip hasil penelitian yang dilaksanakan di Australia, Amerika Serikat maupun Eropa, bahwa di tiga kawasan negara maju ini, belum dihasilkan efektifitas dari penambahan DHA dalam produk susu maupun makanan bayi dan anak-anak termasuk*/ /*untuk ibu hamil. "Jadi belum ada anjuran untuk menambahkan unsur asam linoleat dan asam linolenat itu ke dalam susu", ujarnya kepada Media, kemarin di Jakarta . Lebih jauh ditegaskan, seperti juga lemak susu sapi, maka asupan DHA tsb. tersebut bukan merupakan ikatan rantai panjang, sehingga masih sulit diserap oleh pencernaan bayi. Terlebih lagi, katanya, karena susu yang akan dikonsumsi ini harus dibuat dengan menggunakan air panas hingga mengalami proses pemanasan. Akibatnya, aktifitas enzim desaturase dan elongase yang memfasilitasi pembentukan DHA dalam tubuh secara otomatis hancur. Karena itu, Utami,sebagai pakar air susu ibu ( ASI )* *menngingatkan kepada masyarakat, khususnya kaum ibu, supaya jangan terpengaruh terhadap iklan susu dan makanan pendamping ASI yang mengandung DHA dengan iming-iming mampu meningkatkan kecerdasan bayi. "Asam lemak esensial tersebut justru cukup terkandung dalam ASI , bahkan unsur DHA -nya tergolong ikatan rantai panjang yang sangat mudah diserap pencernaan bayi", ujarnya. Karena itu dia menganjurkan agar bayi diberikan ASI sejak lahir sampai umur 4 bulan, karena asam lemak ASI juga terdiri dari asam arakidonat. "Berarti, kandungannya melebihi unsur*/ /*asam linoleat dan asam linolenat". Setelah empat bulan, katanya, bayi dapat diberikan tempe yang mengandung pula asam linoleat maupun asam linolenat karena lemaknya*/ /*termasuk ikatan rantai panjang. Utami menjelaskan, setelah mencapai umur enam bulan, bayi juga dapat diberikan ikan laut, yang secara alami mengandung pula kedua asam lemak itu tanpa harus mengonsumsi susu formula. Menyesatkan Ketua Lembaga Peningkatan Penggunaan ASI Rumah Sakit Saint Carolus ini mengakui, semboyan "Empat Sehat Lima Sempurna" yang berlaku sejak dulu dinilai telah menyesatkan masyarakat. "Orang beranggapan konsumsi makanan sehari-hari belum sempurna jika tidak minum susu. Susu bukan berarti tidak penting, namun bukan segala-galanya", tegasnya lagi. Dia bahkan melihat iklan susu maupun makanan bayi dan anak-anak yang diimplementasi dengan DHA cenderung menyesatkan masayarakat, karena produsen memanfaatkan kebodohan konsumen yang tak memahami manfaat sesungguhnya dari unsur tambahan tersebut. Sementara, kalangan spesialis gizi di*/ /* Indonesia umumnya menyatakan masih awam terhadap kandungan DHA dalam*/ /*susu. Karena sampai sejauh ini, belum pernah dilakukan penelitian tentang manfaatnya. Dokter Soebagyo Sumodihardjo MSc, pakar gizi dari bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , mengungkapkan pihaknya baru mengetahui*/ /*hal itu dari media massa . Ketika ditemui Media usai pembukaan lokakarya "Pemerataan serta Peningkatan Pemanfaatan Lulusan Pendidikan Tenaga Kesehatan di Sektor Non-Departemen Kesehatan dan Kesejahteraaan Sosial" kemarin di Jakarta , dia belum bersedia dimintai komentarnya. "Saya baru mengkliping dan belum membaca literatur", ujarnya. Dia berjanji memberitahukan hal tersebut seminggu kemudian setelah segala informasi dikumpulkan dari berbagai sumber. Spesialis Anak Dr. Sri S. Nasar sebelumnya menginformasikan bahwa overdosis DHA pada manusia, sejauh ini*/ /*baru terlihat dialami orang Eskimo yang banyak* *mengkonsumsi ikan laut. Dikatakan bahwa gejalanya berupa perdarahan, mirip flek-flek berwarna kebiruan di kulit. "Efek yang lain baru ditemukan pada monyet maupun tikus, tapi gejalanya berbeda". (Rse/V-1) |
Apakah Balita Perlu Susu Formula Lanjutan?
sumber : http://kesehatan.kompas.co *JAKARTA, KOMPAS.com —* Pemberian air susu ibu (ASI) selama dua tahun merupakan pondasi terbaik untuk kesehatan bayi. Enzim-enzim yang terdapat dalam air susu ibu (ASI) sangat dibutuhkan bayi, khususnya dalam dua tahun pertama perkembangannya.. Namun, setelah si kecil berusia di atas dua tahun, susu apa yang harus diberikan setelah ASI? Saat ini makin banyak pilihan produk dan merek susu formula lanjutan untuk bayi berusia di atas satu tahun. Meski begitu, sebaiknya orangtua harus ekstra hati-hati saat hendak memutuskan memilih susu formula lanjutan. Menurut dr Asti Purborini, Sp A, dari Perkumpulan Perinatologi Indonesia Pusat, orangtua sebaiknya meneliti faktor keamanan pangan dari produk susu. "Sebaiknya pilih produk aman, misalnya yang tidak mengandung bahan pengawet. Karena itu, kalau untuk susu, pilihannya adalah susu segar atau susu UHT (/ultra high temperature/) dan pasteurisasi," katanya. Selain bebas pengawet, produk susu segar juga lebih murah. Belajar dari kasus pencemaran susu, baik oleh bakteri /enterobacter sakazaki/ maupun melamin, penting dipahami oleh para orangtua bahwa susu formula bayi bukanlah produk yang 100 persen steril. Karena itu, dalam penggunaan dan penyimpanannya diperlukan perhatian khusus. Untuk anak berusia dua tahun, pemenuhan gizi anak sebenarnya bisa dioptimalkan lewat pemberian makanan seimbang. "Berikan anak makanan yang mengandung karbohidrat, vitamin, protein, dan mineral," kata Ida Ruslita Amir, SKM, M Kes, dari Persatuan Gizi Indonesia saat ditemui di acara peluncuran Silaturahmi Ramadhan yang diadakan oleh Frisian Flag, beberapa waktu lalu. "Dalam piramida makanan yang dikeluarkan oleh WHO, susu adalah penyempurna. Jumlah yang dibutuhkan pun lebih kecil dibanding sayuran atau karbohidrat," papar Rini saat dihubungi *Kompas.com*. Karena itu, menurut Rini, orangtua tak perlu khawatir bila anak tak mau minum susu selama kebutuhan nutrisinya sudah terpenuhi dari makanan. "Ibu-ibu zaman sekarang lebih panik bila anaknya tak mau minum susu, tapi tenang-tenang saja kalau anaknya susah makan sayur," kata Rini. Mengenai pemberian makanan kepada anak, Rini menyarankan agar para ibu membuat makanan sendiri. Selain lebih sehat, bergizi, dan higienis, tentu saja harganya lebih murah ketimbang membeli makanan instan buatan pabrik. |
Sinetron Mengepung Kita [MILIS SEKOLAH RUMAH]
Masyarakat Anti Program Televisi Buruk (MAPTB) Sinetron Mengepung Kita Oleh: Chairul Akhmad Diambil dari http://maptb/. wordpress. com/2010/ 05/11/sinetron- mengepung- kita/ Beragam sinetron bertema anak dan remaja membanjiri layar kaca televisi kita. Tema-temanya, tentang cinta, kekayaan, kekerasan. Itu-itu aja. Saatnya berkata tidak pada sinetron kacangan. …pada suatu kesempatan, Farel nembak Rachel. Sayang, Rachel menolak cinta monyet Farel. Ia lebih senang apabila mereka berteman saja. Apalagi mereka masih terlalu kecil untuk pacaran. Meskipun kecewa, Farel akhirnya menghargai dan mau menerima jawaban tersebut. Farel tidak pernah tahu, kalau Rachel sebenarnya ingin menjadi pacarnya…. Bagi kamu-kamu yang doyan nonton sinetron di televisi, mungkin adegan dan sinopsis cerita di atas sangat familiar buatmu. Ya, kisah cinta monyet Farel dan Rachel yang masih pada bau kencur itu adalah salah satu tayangan sinetron favorit di SCTV. Sinetron berjudul Heart Series yang dijiplak dari versi film layar lebarnya itu mempertontonkan suguhan yang tidak mendidik banget. Bayangin aja, pacaran anak SD! Selain Heart Series, masih ada segudang sinetron lain dengan tema serupa yang ditayang SCTV, misalnya My Love (sama dengan Heart, ini juga jiplakan dari film layar lebar), Romantika Remaja, Roman Picisan, Dewa Asmara…bla….bla…bla… Yang ujung-ujungnya, cinta buta, cinta monyet, cinta gila dan laennya. Selain SCTV, stasiun televisi yang juga doyan ngegeber sinetron adalah RCTI. Sinetron remaja dan anak-anak di televisi tertua di Indonesia itu antara lain, Hey Cantik, Pengantin Remaja, Rome Juliet, Kakak Iparku 17 Tahun, Kawin Muda, de el el. SCTV dan RCTI memang dikenal sebagai pemasok sinetron terbesar di jagad pertelevisian Bumi Pertiwi. Prime time (istilahnya waktu utama nonton) keduanya hanya diisi sinetron melulu. Bayangin aja hampir tiap hari dari jam 18.00 ampe jam 22.000 malem, SCTV dan RCTI berlomba-lomba pamer sinetron. Pada acara prime time itu tak kurang dari empat sinetron ditayangin. RCTI menyebut acaranya dengan istilah Mega Sinetron (untung bukan Mega Mendung), sedangkan SCTV mengusung judul Gala Sinetron. Wuih…wuih…yang jelas dari judulnya yang ‘mega’ dan ‘gala’, kesannya tuh sinetron sangat bagus banget. Tapi nyatanya, tak jauh dari masalah cinta, kekayaan dan umbar pamer (glamoritas) . Selain itu, nih yang paling penting, sinetron-sinetron kita itu juga tak jauh bedanya deh dengan konsep film-film India. Tapi memang ini bisa dimaklumi kok, karena kebanyakan produsernya adalah orang-orang India. Katanya sih, dinasti Punjabi gitu. Tentang glamoritas, tak heran, jika anggota DPR RI, Ali Mochtar Ngabalin, dan beberapa anggota DPR yang lain (di bidang informasi) merasa prihatin dengan tayangan-tayangan televisi yang bernuansa glamoritas, pembodohan publik, dan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Sebagai anggota Komisi I DPR RI, Ngabalin menghimbau agar masalah melindungi masyarakat dari dampak negatif tayangan sinetron dan program negatif televisi lainnya bukan hanya monopoli DPR saja, tetapi juga kalangan akademis, praktisi media, pemerintah, aktivis, para pendidik, para pengelola televisi, dan masyarakat secara luas. Dan yang lebih terkait adalah Lembaga Sensor Film (LSF) dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Imbauan ini bukannya tanpa alasan, sebab yang namanya tayangan televisi itu sangat berpengaruh dan berdampak pada pemirsanya. Separuh hidup kita dibenamkan dalam tayangan-tayangan yang membuai imaji, ilusi, dan impresi. Nikmat memang menjalani hidup dengan “si kotak ajaib” ini, ia membantu kita melepaskan realitas yang terjadi pada diri kita. Bius program-programnya menghantarkan kita ke alam antah berantah yang tak pernah kita sentuh, bahkan kita bayangkan. Kita juga harus mengakui, bahwa tayangan sinetron memberikan peluang untuk terjadinya peniruan perilaku, apakah itu positif atau negatif. Perilaku di sini dipahami sebagai manifestasi dari proses psikologis yang merentang dari persepsi sampai sikap. Suatu rangsangan dalam bentuk sinetron dipersepsi kemudian dimaknai berdasarkan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Jika tayangan tersebut sesuai, rangsangan itu akan dia hayati yang menyebabkan pembentukan sikap. Sikap inilah yang secara kuat memberikan bobot dan warna kepada pelaku. Oleh sebab itu, sikap diartikan sebagai kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan (Supriadi, 1997:127). Untuk kita ketahui bersama, rangsangan yang ditimbulkan oleh televisi melalui program-programnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan media cetak. Karena, pada televisi gambar-gambarnya bersifat moving, sedangkan media cetak bersifat statis. Menurut psikologi gambar yang moving dapat “tertanam” dalam benak kita dalam tempo lama sekali. Makin besar daya pikatnya atau rangsangan yang ditimbulkannya, makin dalam pula dampak yang ditimbulkannya. Artinya, kita akan sering teringat dan membayangkannya (Lesmana, 1997:139). Dampak Negatif Televisi Tahu gak, ternyata kebanyakan nonton televisi itu berpengaruh juga pada penguasaan bahasa seseorang. Sebuah studi yang dilakukan The National Opinion Research Center sejak 1974-1990 menemukan bahwa menonton televisi memperburuk kosakata, sedangkan membaca koran memperbaikinya. Kondisi yang sama juga terjadi di Indonesia. Jika di negeri maju aja televisi memundurkan budaya masyarakat, terutama menurunkan kecerdasannya, bagaimana dengan pengaruh televisi di negeri ini bagi generasi (anak-anak dan kaum remaja) kita? Bahkan dalam sebuah penelitian yang melibatkan anak-anak dari Kanada, Australia, Amerika dan Indonesia dalam hal menonton televisi mendapatkan hasil menarik. Percaya atau tidak, anak Indonesia adalah penonton televisi terlama, disusul Amerika, Australia dan paling rendah Kanada. Bagaimana tidak, kita bangun tidur langsung nonton televisi, mau tidur disempetin nonton televisi lagi. Jangan-jangan, ketika tidur pun kita masih peluk televisi. Berbagai tulisan, penelitian bahkan seminar-seminar, lokakarya, simposium yang ditulis dan dibicarakan oleh para pakar dan para ahli dibidangnya memperdebatkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh media televisi. Tudingan miring mengenai kebobrokan televisi sebenarnya sudah merebak sejak kelahirannya pada era 1950-an. Konsumen media televisi tidak hanya para kalangan orang tua, dewasa, remaja, tetapi juga dari kalangan anak-anak. Yang dikhawatirkan dari kalangan orang tua adalah anak-anak yang belum mampu membedakan mana yang baik dan buruk serta mana yang pantas dan tidak pantas, karena media televisi mempunyai daya tiru yang sangat kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Mengingat sulitnya orang tua menjauhkan anak-anak mereka dari televisi, ada baiknya orang tua melakukan pendampingan anak ketika menonton dan memberikan penjelasan sebenarnya tentang apa yang dilihatnya. Banyak hal yang belum diketahui oleh seorang anak, oleh karena itu kalau tidak ada yang memberi tahu ia akan mencari sendiri dengan mencoba-coba dan meniru dari orang dewasa. Apakah hasil percobaan maupun peniruannya benar atau salah, anak mungkin tidak tahu. Di sinilah tugas orang tua untuk selalu memberi pengertian kepada anak secara konsisten. Kebingungan anak karena standar ganda yang diterapkan orang tua juga bisa teratasi kalau orang tua memberi penjelasan kepada anak. Maraknya tayangan adegan percintaan dalam dunia sinetron tanah air, sebenarnya melahirkan benih-benih pornografi dan pornoaksi. Lihat aja, ada adegan-adegan yang tidak santun dalam berpakaian, seronok, maupun umbar aurat. Belum lagi cara bertutur kata yang tidak sopan. Akibatnya, muncul perilaku konsumtif, materialis, egois, termasuk perilaku semau gue pada diri remaja. Adegan-adegan yang ditampilkan dalam sinetron menjadi model yang begitu gampang ditiru anak-anak dan para remaja ketimbang mengikuti apa yang diajarkan para guru di sekolah dan orang tua di rumah. Tidaklah salah kalau ada ungkapan bahwa televisi saat ini telah menjadi sekolah utama bagi sebagian besar siswa, sedangkan sinetron anak-anak dan remaja merupakan pelajaran favorit mereka. Rendahnya mutu pendidikan kita belakangan ini lebih disebabkan tidak selektifnya berbagai informasi yang dikonsumsi siswa didik di bawah umur. Dalam kaitan itu, maka aspirasi publik yang menginginkan hadirnya sebuah Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi perlu direspons. Undang-undang ini diharapkan akan memberi kekuatan hukum dalam mencegah meluasnya aksi-aksi pornografi dan pornoaksi di masyarakat. Selain itu, tentunya kita sangat berharap agar pengelola stasiun penyiaran televisi lebih baik dan mau mendengar serta memerhatikan berbagai protes atau penilaian yang muncul dari berbagai kalangan, dengan melakukan tindakan konkret ke arah yang lebih konstruktif dan positif. Misalnya, mereduksi atau bahkan menghilangkan tayangan sinetron yang bersifat glamor, kekerasan, dan mistis atau adegan anti-sosial. Melakukan pembatasan, baik terhadap isi (content) maupun akses penonton terhadap tayangan sinetron yang “gak mutu” melalui aturan atau self censorship yang kuat dari pihak stasiun televisi. Dan yang paling penting, jangan mau diperbudak sinetron! |
Kisah ASI: Perjalanan 3 Botol Cinta
sumber : http://www.eramuslim.com/o Oleh A. Mustari Halo, kami tiga buah botol. Sebenarnya tak ada yang istimewa dari diri kami. Kami hanya botol minuman kemasan vitamin C yang banyak dijual di retail-retail. Ketika isinya habis, sebentar saja kami sudah masuk ke dalam bak sampah dan diangkut ke TPA terdekat. Tapi tunggu… di sinilah perjalanan cinta kami dimulai! Seorang bapak pemulung tua memungut kami dengan binar cinta dan harapan. Setidaknya ada rupiah yg bisa dibawanya pulang. Sampai ke pengepul, kami digosok, distelisisasi, hingga.. cling! Tak ada yang menyangka kami pernah teronggok di tempat sampah. Kerennya… recycle nih. Meski kami sering tak suka dengan sesuatu yang berbau eksploitasi, kali ini kami senang diperdagangkan. Mengapa? Karena pedagangnya mengambil kami dengan halal, malah mengurangi volume sampah ibukota. Terlebih lagi… pemulung dan pengepulnya mencari usaha yang halal meski tak sedikit orang yang mencibir. Tak ada yang perlu merampok kami untuk mencari uang. Kami pun menjadi apa adanya diri kami. Dengan kami, mereka menyuapkan sesendok nasi untuk anak dan istrinya. Di dalamnya tersimpan berkah, doa, dan cinta. Dan… nah! Kami pun sampai di tengah keluarga kecil sederhana. Seorang ayah yang suka makan, ibu yang cuek, anak perempuan 5 tahun yang tidak bisa melakukan sesuatu tanpa gerakan dan celotehan, dan seorang bayi mungil nan cantik berusia 1 bulan. Di sinilah perjalanan cinta kami BENAR-BENAR dimulai! Satu bulan sebelum mulai meninggalkan cuti melahirkannya, ibu si Baby sudah mulai mensterilkan kami lagi dan lagi. Di tengah waktunya mengurus seorang ayah yang suka makan, anak perempuan 5 tahun yang tidak bisa melakukan sesuatu tanpa gerakan dan celotehan, dan seorang bayi mungil nan cantik, ia mengisi kami satu persatu. Setelah mencuci popok-popok dan pakaian, setelah menyetrika, setelah memasak, setelah mengedit naskah, setelah melayout, setelah mendesain, setelah menulis ide-idenya, sambil menahan kantuk, ia memaksakan diri untuk mengisi kami. Mengisi kami dengan cairan cinta…. Sesungguhnya bagi perempuan itu, tidak ada yang mewajibkannya bekerja. Sama halnya dengan tidak wajibnya ia untuk berada di rumah saja. Ah, dia lebih suka memakai kata berkarya daripada bekerja. Baginya semua hanyalah pilihan. Ketika situasi dan kondisi memberikannya jalan untuk berkarya, ia menjalaninya dengan senang hati. Menjadi ibu bekerja bukan berarti tidak mencintai dan mengabaikan anak-anak. Banyak juga ibu yang selalu di rumah nyatanya yang stres karena anak-anaknya. Tidak selalu satu ditambah satu sama dengan dua, prinsipnya. Ia hanya berusaha untuk sedikit cerdas menyiasati dan berdamai dengan kondisi yang serba terbatas. Karena ia tahu, betapa banyak ibu bekerja yang dalam hatinya menjerit karena naluri keibuannya menuntutnya untuk selalu mendampingi anak-anaknya. Ia pun salah satu di antaranya. Tetapi ia memilih untuk tersenyum, bukan menjerit. Pun ketika ia memilih untuk hanya memberi ASI kepada anaknya, bukan susu formula, ia berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan yang terbaik sambil tetap tersenyum. Dua bulan berlalu. Akhirnya ia mulai harus benar-benar meninggalkan kebahagiaan sejatinya. Ia harus mulai bekerja lagi. Si ibu mulai jarang kelihatan di rumah. Setiap pagi, ia membawa tiga di antara kami yang kosong, bersama dua tangkup es biru. Ia sering dibilang keras kepala dan memaksakan diri, tapi ia tak pernah keberatan. Apalah artinya tuduhan bila dibayar dengan kepuasan rasa telah berusaha memberikan yang terbaik untuk bayi kecilnya. Bagi sebagian ibu, dapat memberikan anaknya asi eksklusif adalah sebuah kewajaran, tetapi baginya --yang selalu bekerja sejak pagi hingga sore-- itu adalah sebuah pencapaian yang membahagiakan. Setelah menciumi bayinya tak ada henti pagi itu, tak lupa membalurinya dengan doa, si ibu melangkahkah kaki panjang-panjang. Ia melompat ke dalam angkot, menyusup ke dalam ular besi yang selalu penuh sesak, menuju tempatnya berkarya. Baginya semua adalah karena cinta. Itulah bedanya bekerja dengan berkarya. Ketukan keyboard dan goresan kursor yang tercipta karena cinta memiliki tenaga yang akan membuatnya diterima oleh hati siapa pun. Tidak selalu indah, tetapi kekuatannya dapat dirasa. Itulah juga yang kami rasakan. Kami botol-botol cinta, begitu sebutan darinya. Bahagia bukan kepalang. Kami hanya botol-botol seribu rupiah. Tapi kami terisi cairan tak ternilai rupiah. Makanan terbaik bagi bayi yang baru mengenal dunia. Satu demi satu kami terisi penuh. Ketika matahari mulai lelah, hendak menuju kasur empuknya, si Ibu dengan riang memasukkan tubuh kami ke dalam ranselnya yang selalu kembung. Kami ikut terguncang ketika ia berlarian mengejar ular besi yang tampaknya terlalu dirindu. Meski tak sekali ia terjatuh mengejar ular yang sering mengecewakan itu, tak ada jera sang ibu terus berharap. Tampak buncahan rasa rindu karena memikirkan bayinya yang lucu. Sejenak ia tersenyum membayangkan hidungnya digigiti gigi muda yang baru berputik, rambutnya ditarik jemari kecil nan gendut-gendut, roknya digelantungi tubuh kecil yang mulai belajar berjalan. Kami, tiga botol cinta, semakin didekapnya erat ketika ular besi yang digelantungi manusia bak semut mulai muncul. Tubuh mungilnya melompat ke dalam dan terombang-ambing sejenak. Di dalam ular besi yang membuat orang kurus itu pun ia tetap tersenyum, memikirkan obat anti-depresannya. Obat anti depresan yang mulai pintar merengek dikala melepas kepergiaannya setiap pagi. Dan... terbanglah kami bersamanya. Kami, tiga botol cinta.... *** "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (al-Baqarah : 233) *** Aminah Mustari, Ibu yang bekerja fulltime, ibu yang juga memberikan ASI eksklusif untuk bayinya. tebarkebaikan@yahoo.com |
Siapakah yg Jadi Korban.. Wahai Ariel-Luna Maya-Cut Tari ataukah Anak Negeri ini?
sumber : http://www.facebook.com/irma.kurniawan#!/notes/henny-zainal/siapakah-yg-jadi-korban-wahai-ariel-luna-maya-cut-tari-ataukah-anak-negeri-ini/408098958929 Sejujurnya aku ingin teriak pada merekaa.. SHAME ON YOU.. Pagi itu aku ditemani anak-anak membeli nasi uduk betawi langganan. Seperti biasa didepan warung mpok marni,sebuah SDIT, banyak tukang mainan yang menggelar dagangannya. Zahra merayu agar aku mau membelikannya mainan. Saat kami sedang memilih, terdengar pembicaraan anak-anak usia 8-9 th. "Eh, kamu beli apaan? Lohh ngapain beli hape mainan..hehehe.." "Memangnya kenapa, aku pengen kok.." "Mendingan kamu beli hape beneran aja.. Nih seperti punyaku.. Nanti kamu aku kasih deh video-nya Ariel-Cut Tari.." "Apaan tuuhh.. Bagus yahh.. Kan lagi rame tuhh.." "Yuukk main ke rumahku.. Ada tuh di rumaahh.." Gubraaakk..langsung aku ajak Zahra pulang ke rumah. Ini bukan hal yang tidak bisa ditanggapi dengan main-main.. Ini lebih berbahaya daripada pemberian susu formula.. Astaghfirullah al adhiimm..sudah selayaknya mereka bertiga dan semua pelaku seks bebas di RAJAM!! Sungguh hukum Allah subhana wa ta'ala tiada maksud merugikan umat, tapi melindungi umat. Sehingga mereka belajar bahwa setiap perilaku ada konsekuensi-nya. Rasa mual juga mules semakin terasa kala mendengar berita pemerkosaan yang dilakukan oleh anak kelas 5SD setelah menonton video tersebut. SHAME ON YOU.. ARIEL.. SHAME ON YOU LUNA MAYA.. SHAME ON YOU CUT TARI.. Tanggung jawab kita sebagai publik figur untuk memberikan contoh yang baik.. Semakin menyakitkan kala menonton berita, melihat Luna Maya masih bisa tersenyum.. Kalian tidak layak mengatakan diri kalian sebagai "KORBAN".. Uuuggghhh..rasanya ingin melempar dirimu dengan batu yang suangatt besaaarrr...!!! Save The Children.. Save The Nation.. *curcol kekesalan hati semata..* ========================== malu liat ibu ibu pada rame cari linknya. tidakkah mreka ingat dg amanah yg ada d tangan sent via email |
Langganan:
Postingan (Atom)